Persikota Tidore akhirnya memastikan diri sebagai Juara 3 Open Tournament Jiko Makolano Cup I kemarin 15/5, setelah mengkandaskan PS. Malifut 3 gol tanpa balas. Dengan demikian Persikota Tidore berhak atas hadiah piala tetap dan bonus Rp. 25 juta rupiah.
Pablo Arevalo semakin memantapkan posisinya sebagai Top Scorer dengan tambahan 1 gol menjadi 12 gol, dan akan mendapatkan hadiah piala tetap dan bonus Rp. 2,5 juta.
Sementara itu PS. Malifut harus puas di posisi 4 dan mendapatkan hadiah pila tetap dan bonus Rp. 10 juta. "Sebagai kuda hitam, merupakan suatu prestasi bagi Malifut bisa lolos ke 4 besar". demikian ungkap seorang pendukung Malifut.
Continued...
Wednesday, May 16, 2007
Tuesday, May 15, 2007
Lanjutan Jiko Makolano Cup I
Babak penyisihan Open Tournament Jiko Makolano Cup I telah berakhir, 8 klub memastikan tempat di perempat final (8 besar). Tobelo meloloskan 3 timnya, Persitob A, Persitob B dan PS. Tobelo Selatan. Sedangkan lima tim lainnya adalah PS. Terbit Dufa-dufa Ternate, Persikota Tidore, PS. Malifut, PS. Loloda Kepulauan dan Persihalbar Halmahera Barat.
Dalam babak perempat final, Persitob A berhadapan dengan PS. Terbit Ternate. Dibawah guyuran hujan lebat, PS. Terbit yang diperkuat oleh Pilar Persiter dan Timnas U-23 Fandi Mochtar berusaha membungkam putra-putra terbaik Tobelo, namun dewi fortuna rupanya memihak tim tuan rumah. Pertandingan yang berlangsung seimbang tersebut akhirnya dimenangkan Persitob A melalui gol tunggal.
Pada pertandingan lainnya, Persikota Tidore menghentikan langkah PS. Tobelo Selatan dengan skor 9 - 1. Persikota yang diperkuat legiun asing asal Argentina, Pablo Arevalo, benar-benar menunjukkan kelasnya berada di atas PS. Tob-Sel. Pablo saat ini tercatat sebagai Top Skorer dengan torehan 11 gol.
Tim unggulan lainnya, Persihalbar Kab. Halmahera Barat menghadapi Persitob B. Persihalbar yang bermaterikan mantan pemain Persiter Ternate menunjukkan kelasnya sebagai favorit juara dengan mengalahkan Persitob B 3-2.
PS. Malifut dan PS. Loloda Kepulauan memperebutkan tiket terakhir ke Semi Final. Pertandingan berlangsung seimbang dan dalam tempo tinggi. Namun sampai 2 kali perpanjangan waktu kedudukan tetap imbang 0 - 0. Dalam drama adu pinalti, PS. Malifut mengungguli Loloda Kepulauan dengan 4-3 dan mendapatkan satu tiket ke Semi Final menghadapi Persitob A.
Babak Semi Final berlangsung seru
Semifinal I mempertemukan Persikota Tidore dengan Persihalbar. Pertandingan berlangsung seimbang. Kondisi lapangan yang licin karena diguyur hujan sebelum pertandingan mulai, mempengaruhi jalannya pertandingan. Pablo yang diharapkan dapat memecah kebuntuan gol Persikota, tidak dapat berbuat banyak dan ditarik keluar pada babak II. Hingga perpanjangan waktu berakhir kedudukan tetap imbang 0 - 0.
Akhirnya dilakukan Adu pinalti. Persihalbar rupanya lebih siap menghadapi adu pinalti dan berhasil lolos ke Final dengan skor 4-3.
Semifinal II berlangsung antara Persitob A dengan PS. Malifut. Persitob A melaju dengan mulus setelah mencukur PS. Malifut 3 gol tanpa balas.
Jadwal :
Selasa, 15 Mei 2007 Perebutan tempat ke 3 Persikota vs PS. Malifut
Rabu, 16 Mei 2007 Babak Final Persihalbar vs Persitob A
Friday, May 4, 2007
Sajak Si Singamangaraja yang mati diterjang peluru HAMISI dari Tobelo Halmahera
1
Akulah Si Singamangaraja Nyala di Bakara Redup di Balige
Kau menjamah perihnya
Tapi sebelum itu Tanah kerontang hangus harap
Di ujung pematang terban lapar
Dan susut danau ingati gelepar ikan mati Sejak malam tersaruk mimpi sekarat
Dihangati jubah-jubah hujan langit TobaHingga bulir padi menggemuk madu
Dan bernas beras di mamah mendidih
Berbuncah suara jiwa rongga merdeka
Sambil membajak tengah malam
Menyelami danau ikan-ikan jelita
Dan mendendang ranum nafas
Di pagar desa sinar sore
Parade gondang dan serunai
Moyang yang mengurapi para cucu
Berpinak di negeri seberang di antara raung ternak dan kecipak udang istirah
Menanduk betis lembut para gadis
Sebelum dipinang pemuda lembah tujuh malam
Menunggang kunang-kunang kerbau dan kambing
Bermerah sirih bergula pinang
Dan syair puji berkas bulan berkening cahaya rambut menjuntai ke pinggul gempal
Bergoyang seperti lembu bunting mengejar
Retakan waktu 1875 di taman batu masa depan
Menuruni gelisah undakan kenangan sebab kalian milik masa lalu dan masa datang
2
Aku jadi raja kaumku, mengitar lembah membilah bukit merimbun rimba
Menubir danau menyiku lagu ngilu jarum doa berjatuhan
Menisik nama-nama disebutkan menyuruk hari panjang terpejam
Tapi itu dulu kata mereka, Tapi itu kini kata mereka
Aku tak tahu apa mereka menyesatkannya di balik surya bukit tanah Batak
Menggugus jemari angin
Mengisar tembus ke bening mata
Sebagai runcing keris panjang si Piso Gajah Dompak
Semerbak kubur pagi hari
Tapi setelah itu, Tapi sebelum itu
Aku tak tahu mereka rindukan ubi bakar di ladang
Ketika panglima bersurban hanguskan Rumah Bolon
3
Karena kakek tak berpikir bak mereka
Karena kakek ingin mengigal seperti kakek dan kaumnya menjelang topan malam turun sebagai putraBatak abadi, dan si putih mata dari Eropa memberangus Ruma Parsantian
Sopo Bolon, Sopo Godang, Bale Pasogit, Bale Partangiangan, Bale Adat Paruhuman, Bale BiusPartungkoan, Mengusir kerabat mengejarku ke tanah seberang
Bersama angin liar 30 tahun
Karena si putih mata dari EropaTerus menggedor gelombang terjauh
Di balik benua malam, Tak menemukan bentanganTanah Batak dalam peta jarahan
4
Tapi sebelum itu, Tapi sesudah itu
Aku tak tahu mereka tersengat kilatnya
Kuletupkan api harga diri, Kuletupkan api harga diri
Menetak pedang pasukan berkuda dan bersenapan
Tulang keras ditikam kelewang, Serakah tuntas ditebas adat
Aku tak tahu mereka berjaga, Aku tak tahu mereka berjaga
Di lembah Butar, Di Lobu Siregar, Lintong ni huta, Pohan, Naga, Saribu, Simamora, Simalungun, Uluan, Asahan
Pasukan berkuda hilang nyawa
Di teluk Samosir Balige, Laguboti, Bakara
Pasukan perahu menggelucak darah
Lihat, lihat, tak pernah berdenyut takut menghadang tajam peluru dari Eropa
Sebab darah bergolak leluhur
Menyiram kubur sahabat hingga waktu tengadah abadi
Tapi sebelum itu, Tapi setelah itu
Mereka bakar rumahku, kampungku, adatku. Mereka remuk kerabatku, sukuku, anakku
Cucuku
5
Dan lihat Si Singamangaraja
Si kuda putih berlari menembus pasukan si putih mata Christoffel
Prajurit Jawa dan Padang.
Hingga Hamisi Tobelo Halmahera
Sucikan peluru terpilih untukku
Bidik, Bidik
Dan nyawa meregang darah dua bola mataku
Menghangati panglima dari Aceh
Patuan Nagari, Patuan Anggi,
Boru Lopian terjungkal pelurudi Sitapongan Sionomhudon setelah si Pulo Batumenggelepar lapar di rimba gerilya
Dan sungai darah terus berdebur ke tanah Batak Menunggu siapa berlayar
Ke tanjung harap
Hingga setelah ini, Hingga setelah ini
Aku tak tahu mereka dengar jeritnya
Ketika sajak ini diigaukan***
Bekasi, 2001
Ari Minggu Tamba
www.ceritanet.com
Akulah Si Singamangaraja Nyala di Bakara Redup di Balige
Kau menjamah perihnya
Tapi sebelum itu Tanah kerontang hangus harap
Di ujung pematang terban lapar
Dan susut danau ingati gelepar ikan mati Sejak malam tersaruk mimpi sekarat
Dihangati jubah-jubah hujan langit TobaHingga bulir padi menggemuk madu
Dan bernas beras di mamah mendidih
Berbuncah suara jiwa rongga merdeka
Sambil membajak tengah malam
Menyelami danau ikan-ikan jelita
Dan mendendang ranum nafas
Di pagar desa sinar sore
Parade gondang dan serunai
Moyang yang mengurapi para cucu
Berpinak di negeri seberang di antara raung ternak dan kecipak udang istirah
Menanduk betis lembut para gadis
Sebelum dipinang pemuda lembah tujuh malam
Menunggang kunang-kunang kerbau dan kambing
Bermerah sirih bergula pinang
Dan syair puji berkas bulan berkening cahaya rambut menjuntai ke pinggul gempal
Bergoyang seperti lembu bunting mengejar
Retakan waktu 1875 di taman batu masa depan
Menuruni gelisah undakan kenangan sebab kalian milik masa lalu dan masa datang
2
Aku jadi raja kaumku, mengitar lembah membilah bukit merimbun rimba
Menubir danau menyiku lagu ngilu jarum doa berjatuhan
Menisik nama-nama disebutkan menyuruk hari panjang terpejam
Tapi itu dulu kata mereka, Tapi itu kini kata mereka
Aku tak tahu apa mereka menyesatkannya di balik surya bukit tanah Batak
Menggugus jemari angin
Mengisar tembus ke bening mata
Sebagai runcing keris panjang si Piso Gajah Dompak
Semerbak kubur pagi hari
Tapi setelah itu, Tapi sebelum itu
Aku tak tahu mereka rindukan ubi bakar di ladang
Ketika panglima bersurban hanguskan Rumah Bolon
3
Karena kakek tak berpikir bak mereka
Karena kakek ingin mengigal seperti kakek dan kaumnya menjelang topan malam turun sebagai putraBatak abadi, dan si putih mata dari Eropa memberangus Ruma Parsantian
Sopo Bolon, Sopo Godang, Bale Pasogit, Bale Partangiangan, Bale Adat Paruhuman, Bale BiusPartungkoan, Mengusir kerabat mengejarku ke tanah seberang
Bersama angin liar 30 tahun
Karena si putih mata dari EropaTerus menggedor gelombang terjauh
Di balik benua malam, Tak menemukan bentanganTanah Batak dalam peta jarahan
4
Tapi sebelum itu, Tapi sesudah itu
Aku tak tahu mereka tersengat kilatnya
Kuletupkan api harga diri, Kuletupkan api harga diri
Menetak pedang pasukan berkuda dan bersenapan
Tulang keras ditikam kelewang, Serakah tuntas ditebas adat
Aku tak tahu mereka berjaga, Aku tak tahu mereka berjaga
Di lembah Butar, Di Lobu Siregar, Lintong ni huta, Pohan, Naga, Saribu, Simamora, Simalungun, Uluan, Asahan
Pasukan berkuda hilang nyawa
Di teluk Samosir Balige, Laguboti, Bakara
Pasukan perahu menggelucak darah
Lihat, lihat, tak pernah berdenyut takut menghadang tajam peluru dari Eropa
Sebab darah bergolak leluhur
Menyiram kubur sahabat hingga waktu tengadah abadi
Tapi sebelum itu, Tapi setelah itu
Mereka bakar rumahku, kampungku, adatku. Mereka remuk kerabatku, sukuku, anakku
Cucuku
5
Dan lihat Si Singamangaraja
Si kuda putih berlari menembus pasukan si putih mata Christoffel
Prajurit Jawa dan Padang.
Hingga Hamisi Tobelo Halmahera
Sucikan peluru terpilih untukku
Bidik, Bidik
Dan nyawa meregang darah dua bola mataku
Menghangati panglima dari Aceh
Patuan Nagari, Patuan Anggi,
Boru Lopian terjungkal pelurudi Sitapongan Sionomhudon setelah si Pulo Batumenggelepar lapar di rimba gerilya
Dan sungai darah terus berdebur ke tanah Batak Menunggu siapa berlayar
Ke tanjung harap
Hingga setelah ini, Hingga setelah ini
Aku tak tahu mereka dengar jeritnya
Ketika sajak ini diigaukan***
Bekasi, 2001
Ari Minggu Tamba
www.ceritanet.com
Thursday, May 3, 2007
Tokyo Kecil di Jazirah Halmahera Utara
KAO menyimpan bukti sejarah PD-II. Tempat ini pernah menjadi markas besar tentara Jepang sejak 1942 - 1945. Saat itu tentara jepang dibagi dalam dua pasukan yaitu 42.000 tentara bermarkas di Kao dan 20.000 tentara lainnya bermarkas di Teluk dalam (Kao Teluk). Karena banyaknya tentara Jepang yang mendarat dan bermukim di Kao maka daerah itu dijuluki The Little Tokyo (Tokyo Kecil) atau Tokyo kedua.
Di tempat ini pada masa perang dunia ke-II, kurang lebih 300 ahli bom bermarkas. Pemandangan sepanjang ruas jalan diluar daerah Kao terdapat lebih dari 60 meriam anti pesawat terbang dan mobil-mobil. Saksi sejarah, yang juga ketua adat setempat, mengisahkan peristiwa perang pada waktu itu, dimana banyak pesawat tempur Amerika yang ditembak jatuh. Lebih dari 100 budak wanita asal Hongkong, Singapura, China, Jawa dan Manado ditempatkan pada barak-barak tempat hiburan.
Setelah perang usai dengan kejatuhan kota Hiroshima dan Nagasaki, suplay bahan makanan untuk tentara jepang terhenti. Persedian makanan mereka menipis hingga akhirnya habis. Hal ini menimbulkan bencana bagi masyarakat pribumi, karena Tentara jepang beralih mengkonsumsi makanan masyarakat setempat, sehingga mengakibatkan ratusan masyarakat mati kelaparan.
Kini saksi bisu sejarah peninggalan Jepang dapat kita temui di Kao. Ada yang sudah dipugar, diantaranya 4 buah meriam anti pesawat terbang yang masih berdiri kokoh mengahadap ke udara, walau kondisinya sudah mulai karatan. Meriam tersebut pada masanya digunakan untuk melindungi lapangan udara di bagian timur laut.
Sampai saat ini, lapangan terbang yang memiliki banyak landasan pacu ini masih digunakan. Tahun 1986 lokasi ini direnovasi dan kemudian diberi nama "Kuabang". Nama ini diambil dari nama seorang pahlawan lokal bernama Kuabang.
Lapangan terbang Kuabang Kao saat ini melayani penerbangan komersial Kao-Ternate, Kao-Manado dengan pesawat jenis Cassa dan Twin Otter.
Tuesday, May 1, 2007
LOLODA, NGARA MA BENO
Sejarah sosial di Maluku dimasa lampau tidak dapat dipisahkan dengan gerak perdagangan internasional, dimana rempah Cengkih merupakan salah satu komoditi utama yang menggerakan perdagangan antara dunia barat dan timur. Rempah cengkeh dan pala yang dihasilkan oleh Maluku-lah yang membawa kepulauan Nusantara berinteraksi secara penuh ke dalam jaringan perniagaan dunia selama berabad-abad. Kepulauan Maluku, yang terdiri dari pulau-pulau utama - yang berfungsi i sebagai produsen rempah Cengkeh dan Pala dikala itu – sebagaimana tercatat dalam sejarah adalah : Ternate, Tidore, Moti, Makian, Bacan dan Halmahera, keberadan pulau-pulau ini semakin penting sejak ditemukannya jalan ke Maluku oleh bangsa Cina, Arab, Persia dan kemudian oleh bangsa Barat, maka lahirlah bentuk organisasi politik di Maluku yang mengatur jalinan kekuasaan berupa Kerajaan, yang sekaligus juga untuk meresponi masuknya Maluku dalam jaringan perniagaan dunia.
Salah satu kekuatan ini adalah kerajaan Loloda di pulau Halmahera, disamping kerajaan Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan. PUTRA NAGA Kerajaan Loloda yang berada didaratan pulau Halmahera ini, tidak diketahui sejak kapan mulai muncul dalam panggung sejarah. Dalam catatan Historiografi kuno, seperti yang dicatat oleh bangsa Portugis di tahun 1544. Dalam catatan ini kita mendapatkan cerita tentang asal-usul raja-raja di Maluku yang berasal dari Empat Telur Naga yang ditemukan oleh seseorang yang bernama Bikucigara (Biksu Sigara ?) di bawah rimbunan pohonan bambu. Kemudian telur naga tersebut di bawah pulang, dan dari telur itu, lahirlah Tiga anak laki-laki dan seorang perempuan.
Dijelaskan lebih lanjut dalam catatan itu, bahwa ke-empat anak itu :
- Tertua menjadi raja di Bacan;
- Kedua menjadi raja di Papua;
- Ketiga menjadi raja di Buton-Banggai, dan:
- Keempat, anak perempuan kawin dengan raja Loloda.
Dalam versi berbeda, seperti yang dicatat oleh Coolhaas, dalam kroniek van Het Rijk Batjan, dikisahkan bahwa Sultan Bacan yang pertama, Said Muhammad Baqir bin Jafa’ar Shadiq yang bergelar Sri Maha Radja Yang Bertahta di Bukit Sigarah, dari perkawinannya dengan Boki Topowo dari Galela, mendapatkan Tujuh putra-putri. Disebutkan bahwa putra yang bungsu, Kaicil Komalo Bessy Suatu ketika terjadi banjir besar, semua anak raja hanyut dibawa air bah, salah satunya adalah Kaicil Komalo Bessy, putra bungsu terdampar di sebelah Utara dan kemudian menjadi raja di Loloda (Halmahera).
Keberadaan Loloda dalam sejarah kekuasaan politik di Maluku jelas sudah merupakan suatu keniscayaan. Dari sejumlah sumber yang ada, dimana secara tersirat menunjukan kedudukan Loloda yang sangat penting dalam suatu periode sejarah masa lampau di Maluku. Dari kedua versi diatas, bila kita membandingkannya, maka akan menghasilkan beberapa kesimpulan yang menarik.
Pertama, dari cerita diatas, Ternate, Tidore dan Jailolo belum disebut namanya. Kenyataan ini menyiratkan tentang kedudukan yang lebih utama Loloda, dari kawasan lain di Halmahera Utara. Kedua, suatu penekanan pada aspek lain, yaitu tentang hubungan elemen-elemen Loloda yang Non-Austronesian dengan Bacan yang Austronesian.
Pada kedua sumber informasi diatas, kita menemukan suatu perbedaan yang tajam dalam melihat hubungan Loloda dan Bacan. Pada Catatan pertama, hubungan antara Bacan (sebagai Kekuatan Maritim tertua di Maluku) dengan Loloda melalui saudara perempuan sedangkan pada catatan berikutnya, hubungan ini dikukuhkan melalui garis laki-laki. Ketiga, Fakta diatas ini memperlihatkan betapa pentingnya Loloda, dimana Bacan sebagai salah satu kekuatan maritm yang bertumpu pada perdagangan rempah tertua itu masih memerlukan suatu ikatan politis dengan kawasan Loloda yang nota bene sangat berbeda dalam pengelompokan bahasa – namun lewat mitos ini Bacan diterima secara penuh dalam bingkai Moloku Kie Romtoha.
NGARA MA BENO Setelah Islam menjejaki kakinya di jazirah Moro-Tia dan Moro-Tai, konstelasi politik-pun berubah, baik itu pola maupun struktur kekuasaannya pun ikut bergeser - mengikuti kecenderungan baru ini. Loloda sebagai salah satu kekuatan lama terdesak oleh Jailolo si pendatang baru yang giat melaksanakan Islamisasi. Kekuatan baru ini, bersama Ternate terus mengancam posisi Loloda di Halmahera yang selama ini Loloda berfungsi sebagai salah satu dari ke-Lima Momole yang paling berpengaruh di Maluku. Adapun kedudukan Loloda adalah sebagai Ngara Ma Beno atau Penguasa Pintu Gerbang dalam konsepsi kekuasaan tradisional Sejak kedatangan bangsa barat ke Maluku abad ke-16, berbagai data dan informasi tentang keadaan Maluku, bahwa setibanya Portugis di Ternate tahun 1512, Ternate bersama Tidore telah mengukuhkan supremasi kekuasaan yang meliputi wilayah yang sangat luas, yakni terbentang antara Irian dan Sulawesi. Sedangkan keterangan tentang Loloda sangatlah sedikit yang diketahui, secara tersamar diberitakan bahwa kerajaan Loloda telah memindahkan eksistensinya ke alam gaib! yang dikemudian hari dikenal dengan nama MORO!!! Adapun wilayahnya yang luas meliputi sebagian daratan pulau Halmahera itu direbut oleh Jailolo – yang sudah menggantikan kedudukan Loloda di daratan Halmahera yang luas itu.
Dari sumber-sumber lokal didapatkan cerita tentang keberadaan Loloda, dimana disebutkan bahwa asal mula Loloda itu berasal dari suatu kerajaan tua yang pernah berkuasa di Galela. Konon, kemudian di tahun 1322, setelah gunung berapi di Galela meletus dan mengancam kehidupan disana, maka, pusat kerajaan itu dipindahkan ke Loloda. Kepindahan ini terjadi pada masa Kolano Bakun Malamo, penguasa Galela terakhir.
Keterkaitan antara Loloda dengan kekuasaan lain di Sulawesi, dapatlah dilacak dari sejarah raja-raja Bolaang Mongondow. Kajian sejarah yang ditulis oleh W. Dunnebier, menjelaskan bahwa asal-usul kerajaan Bolaang Mongondow berpangkal pada seorang tokoh legendaris yang hidup di abad ke XIV bernama Loloda Mokoagow – tokoh ini diduga merupakan anak dari raja Loloda yang melarikan diri ke Sula Wessy karena negerinya diserang oleh Kumalo Poeloe, penguasa Ternate. Peristiwa ini terjadi diperkirakan pada tahun 1380. Setibanya anak raja Loloda ini - di suatu tempat yang dikenal dengan nama kuno : Maadon ( Kema, Sulawesi Utara ). Dari tokoh ini-lah merupakan cikal-bakal yang menurunkan raja-raja Bolaang Mongondow di Sulawesi Utara.
Secara Linguistik, Loloda dalam bahasa Ternate itu berarti : Tempat Orang Pindahan. Bila kita meneliti lebih jauh dari kata ini, Loloda berasal dari kata Lodaka yang bermakna : “Orang Pindahan” Dengan demikian, dapatlah disimpulkan (kata) Loloda itu mengandung suatu makna yang secara tepat menggambarkan suatu peristiwa alam yang berkaitan dengan bencana alam yang dahsyat di masa lampau sehingga terjadi perpindahan penduduk secara besar-besaran di waktu itu.
Pentahbisan Majelis GMIH Jemaat Mandiri Elim Gura
Setelah melalui proses pemilihan maka pada hari Minggu, 29 April 2007 Pdt. M. Ngongira, S.Si.Theol mentahbiskan 61 orang Penatua dan Diaken Jemaat Mandiri Elim Gura. Dalam ibadah yang berlangsung khusuk itu diikrarkan janji untuk melayani Tuhan dan jemaatNya untuk periode 2007 - 2012.
Wajah para Penatua dan Diaken Jemaat Elim Gura
Setelah ibadah acara dilanjutkan dengan makan siang bersama di samping Gedung Gereja. Terdapat 61 meja makan yang ternaung dibawah tenda panjang, dengan berbagai jenis makanan yang menggugah selera. Aroma kebersamaan yang hangat begitu terasa. Setelah doa yang dipimpin oleh Pdt. Drs. E. Tonoro, SH., M.Th, maka jemaatpun makan bersama dengan diselingi oleh tarian Cakalele.
Open Tournament JIKO MAKOLANO CUP
Dalam rangka memeriahkan peresmian Rumah Adat Hibualamo, dilangsungkan pula pertandingan sepakbola yang diberi label "Open Tournament Jiko Makolano Cup I", yang berlangsung di Stadion Gelora Karianga Tobelo. Turnamen ini dibuka oleh Bupati pada tanggal 19 April 2007 pukul 15.00 WIT. Beberapa tim besar di Maluku Utara turut ambil bagian dalam turnamen ini, sebut saja PS. Terbit Ternate, Persikota Tidore, Persihalbar Halmahera Barat dan tuan rumah Persitob Tobelo.
Turnamen dibuka dengan pertandingan antara Persitob A vs Persikota Tidore. Pertandingan berlangsung alot dan seimbang sehingga sampai babak I berakhir kedudukan masih imbang 0-0. Memasuki babak II, Persikota yang diperkuat lagiun asing asal Argentina, Pablo Arevalo, berhasil merobek gawang Persitob yang digawangi Aris Pangeti pada menit 64. Skor 0-1 bertahan hingga peluit akhir dibunyikan wasit.
PS. Terbit Ternate yang bermarkasi di Kelurahan Dufa-dufa, walau tidak datang dengan skuad inti (antara lain Rahmat Rivai, Fandi Mochtar, Rizal Tomagola dan Anwar Panda), namun dapat bermain rapih dan berhasil mengalahkan Bumi Moro pada pertandingan pertamanya dengan skor 1-0.
Highlight Jiko Makolano Cup :
Persitob A - Persikota : 0-1
PS. Terbit - Bumi Moro : 1-0
Persihalbar - Galela : 3-2
Halteng - Galselbar : 4-5
Kao Utara - Tabailenge : 3-4
Loloda Utara - Kao Barat : 3-2
Morselbar - Kao : 1-1
Persitob B - Malifut : 1-1
Persikota - Tabailenge : 5-0
Bumi Moro - Kao Barat : 5-0
Galela - Kao : 1-0
Galselbar - Malifut : 1-2
Persitob A - Galela Utara : 9-0
Persihalbar - Loloda Kepulauan : 0-1
PS. Terbit - Kao Barat : 3-0
Persihalbar - Kao : 10-1
Turnamen dibuka dengan pertandingan antara Persitob A vs Persikota Tidore. Pertandingan berlangsung alot dan seimbang sehingga sampai babak I berakhir kedudukan masih imbang 0-0. Memasuki babak II, Persikota yang diperkuat lagiun asing asal Argentina, Pablo Arevalo, berhasil merobek gawang Persitob yang digawangi Aris Pangeti pada menit 64. Skor 0-1 bertahan hingga peluit akhir dibunyikan wasit.
PS. Terbit Ternate yang bermarkasi di Kelurahan Dufa-dufa, walau tidak datang dengan skuad inti (antara lain Rahmat Rivai, Fandi Mochtar, Rizal Tomagola dan Anwar Panda), namun dapat bermain rapih dan berhasil mengalahkan Bumi Moro pada pertandingan pertamanya dengan skor 1-0.
Partai Persihalbar vs Kao yang dimenangkan Persihalbar 10-1
Highlight Jiko Makolano Cup :
Persitob A - Persikota : 0-1
PS. Terbit - Bumi Moro : 1-0
Persihalbar - Galela : 3-2
Halteng - Galselbar : 4-5
Kao Utara - Tabailenge : 3-4
Loloda Utara - Kao Barat : 3-2
Morselbar - Kao : 1-1
Persitob B - Malifut : 1-1
Persikota - Tabailenge : 5-0
Bumi Moro - Kao Barat : 5-0
Galela - Kao : 1-0
Galselbar - Malifut : 1-2
Persitob A - Galela Utara : 9-0
Persihalbar - Loloda Kepulauan : 0-1
PS. Terbit - Kao Barat : 3-0
Persihalbar - Kao : 10-1
Subscribe to:
Posts (Atom)